LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA
I. Nomor Percobaan : 3
II. Judul Percobaan : Reaksi
Uji Protein
III. Tujuan Praktikum : Untuk menguji kandungan yang
terdapat dalam protein
IV. Dasar
Teori
Asam
amino merupakan unit pembangun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida
pada setiap ujungnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta
kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya
20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein.
Pada
berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein,
semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein,
yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik
pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam
amino suatu protein.
Prinsip
dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.
Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya,
yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Dari hasil percobaan,
diketahui bahwa protein albumin dan kasein mengandung Tirosin sebagai salah
asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak. Fenol dalam hal ini
digunakan sebagai bahan percobaan karena Tirosin memiliki molekul fenol pada
gugus R-nya. Di sini, uji terhadap fenol negatif, walaupun secara teori tidak.
Alasan yang mungkin untuk hal ini adalah kesalahan praktikan dalam bekerja.
Pada
uji Hopkins cole, uji positif ditunjukkan oleh albumin, gelatin, kasein, dan
pepton, dengan ditunjukkan oleh adanya cincin berwarna ungu. Uji ini spesifik
untuk protein yang mengandung Triptofan. Triptofan akan berkondensasi dengan
aldehid bila ada asam kuaat sehngga membentuk cincin berwarna ungu.
Protein yang
mengandng sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat
umum untuk semua asam amino, dan menjadi dasar penentuan kuantitatif asam
amino. Pada uji ini, hanya kasein yang menunjukkan uji negatif terhadap
ninhidrin. Hal ini disebabkan karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya
satu gugus karboksil dan amino yang terbuka.
Sistein
dan Metionin merupakan asam amino yang mengandung atom S pada molekulnya..
Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino tersebut akan membentuk endapan
berwarna kelabu, yaitu garam PbS. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk
mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat
terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS. Dari semua bahan yang diuji, hanya
albumin yang membentuk endapan PbS, sehingga dapat disimpulkan albumin
mengandung Sistein ataupun Metionin.
Inti
benzena dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan turunan
nitrobenzena. Fenilalanin, Tirosin, dan Triptofan yang mengandung inti benzena
pada molekulnya juga mengalami reaksi dengan HNO3 pekat. Untuk perbandingan, dapat
ditunjukkan oleh fenol yang bereaksi membentuk nitrobenzena. Hasil uji
menunjukkan bahwa dari semua bahan, hanya kasein yang tidak mengandung asam
amino yang mempunyai inti benzena pada molekulnya. Tetapi hal ini patut
dipertanyakan, karena dari data-data yang diperoleh pada uji millon dan uji
Hopkins cole, kasein mengandung tirosin dan triptofan. Salah satu alasan yang
mungkin adalah karena kesalahan kerja praktikan dalam mengamati warna yang
terbentuk selama reaksi.
Pada
uji biuret, semua protein yang diujikan memberikan hasil positif. Biuret
bereaksi dengan membentuk senyawa kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada
asam amino dalam protein. Fenol tidak bereaksi dengan biuret karena tidak
mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya.
Protein
yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini terjadi
pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan AgNO3 dan Pb-asetat.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein juga mengendap bila
terdapat garam-garam anorganik dengan konsentrasi yang tinggi dalam larutan
protein. Berbeda dengan logam berat, garam-garam anorganik mengendapkan protein
karena kemampuan ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein
untuk mengikat air. Pada percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi
millon memberikan warna merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret
berwarna biru muda. Hal ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah
ditambahkan garam.
Pada
uji koagulasi, endapan albumin yang terjadi setelah penambahan asam asetat,
bila direaksikan dengan pereaksi millon memberikan hasil positif. Hal ini
menunjukkan bahwa endapan tersebut masih bersifat sebagai protein, hanya saja
telah terjadi perrubahan struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein
tersebut mengendap. Perubahan struktur tesier albumin ini tidak dapat diubah
kembali ke bentuk semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin
itu dalam air.
Pada
uji pengendapan oleh alkohol, hanya tabung-tabung yang mengandung asam (ber-pH
rendah) yang menunjukkan pengendapan protein. Pada protein, ujung C asam amino
yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana asam membentuk senyawa
protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukkan oleh adanya endapan yang
terbentuk.
Protein
akan terdenaturasi atau mengendap bila berada pada titik isolistriknya, yaitu
pH dimana jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatifnya. Pada uji
denaturasi, protein yang dilarutkan dalam buffer asetat pH 4,7 menunjukkan
adanya endapan. Protein yang dilarutkan dalam HCl maupun NaOH, keduanya tidak
menunjukkan adanya pengendapan, namun setelah ditambahkan buffer asetat dengan
volume berlebih, protein pun mengendap hal ini menunjukkan bahwa protein
albumin mengendap pada titik isolistriknya, yaitu sekitar pH 4,7.
Macam – Macam Kerusakan Protein
Denaturasi protein dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu panas, pH, bahan kimia dan sebagainya. Denaturasi
diartikan suatu proses dipecahnya ikatan hidrogen interaksi hidrofobik, ikatan
garam, terbukanya lipatan atau win molekul. Ada dua denaturasi yaitu
pengembangan rantai polipeptida dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih
kecil tanpa disertai pengembangan molekul ikatan (Winarno,2004).
Menurut Graman dan Sherington
(1992), Koagulasi dapat ditimbulkan dengan berbagai macam cara:
1. Dengan pemanasan
2. Dengan asam
3. Dengan enzim – enzim
4. Dengan perlakuan mekanis
5. Penambahan garam
Denaturasi adalah proses yang
mengubah struktur molekul tanpa memutuskan ikatan kovalen. Proses ini bersifat
khusus untuk protein dan mempengaruhi protein yang berlainan dan sampai yang
tingkat berbeda pula. Denaturasi dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang
paling penting adalah bahan, pH, garam, dan pengaruh permukaan. Denaturasi
biasanya dibarengi oleh hilangnya aktivitas biologi dan perubahan yang berarti
pada beberapa sifat fisika dan fungsi seperti kelarutan (De Man,1989).
Pemanasan protein dapat menyebabkan
terjadinya reaksi – reaksi baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan
reaksi tersebut diantaranya denaturasi. Kehilangan aktivitas enzim, penambahan
kelarutan dan dehidrasi, dan perubahan warna. Denaturasi , residu asam amino,
arus luring, permukaan ikatan peptida dan pembentukan senyawa yang sentri aktif
(Apriyantono,2002).
Pemutusan Ikatan Peptida
Menurut Ariyani et all (2003),
papain merupakan salah satu enzim pemecah protein dari tanaman pepaya yang
relatif mudah diperoleh. Apabila dibandingkan dengan enzim proteolitik lainnya,
papain relatif tahan terhadap panas.
Satu molekul protein mengandung 500
asam amino, bergabung bersama ikatan peptidae, terbentuk jika gugus asam amino
(NH2) dan suatu asam amino bereaksi dengan gugus asam ( - COOH ) dari asam
amino bentuknya dalam pembentukan ikatan peptidae, dibebaskan satu molekul air.
Tipe reaksi ini adalah salah satu contoh dari polimerasi kondensasi
(Gramman,1992).
Protein adalah molekul makro yang
mempunyai karat molekul antara 500 hingga beberapa juta. Protein terdiri dari
rantai – rantai panjgan asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan
peptidae (Almatsier,2003).
Pada saat proses hidrolisis terjadi
pemutusan ikatan peptida oleh enzim protease menghasilkan gugus asam amino yang
merupakan karbon reaksi Maillard, dimana pada keadaan ini gugus amino protein
bereaksi dengan gugus aldehid atau keton dari gula pereduksi sehingga
menghasilkan warna coklat (Subagio et al,2002).
Denaturasi
protein dapat dilakukan dengan cara – cara sebagai berikut:
Denaturasi
protein terjadi karena ionisasi pada rantai samping. Pada umumnya protein lebih
banyak terdenaturasi pada pH tinggi (> 10.5) dibandingkan pada pH rendah
(< 4.5). pH asam atau basa bisa digunakan dalam konjungsi dengan urea atau dengan garam – garam inorganik.
2. Menggunakan
pelarut organic
Pelarut
organik yang umum digunakan seperti etanol dan propanol. Lipatan protein tidak
terbuka secara utuh dalam pelarut organik sehingga bisa digunakan untuk tahap
awal ekstraksi badan inklusi. Di lain sisi, pelarut organik juga dapat
berfungsi sebagai kosolven yang bisa mempermudah pelipatan protein.
3.Solut
organic
Contoh
solut organik yang dapat digunakan adalah guanidine HCl 6 – 8M (efektivitasnya
dipengaruhi temperatur, namun tidak dipengaruhi pH pelarut) dan urea 6 – 9M
(efektivitas dipengaruhi oleh pH, kekuatan ionik, dan temperatur)
4. Detergen
Detergen
yang biasa digunakan adalah sodium dedocyl sulphate (SDS, sebagai detergen
anionik) dan cetyltrimethylammonium bromide (CTAB, sebagai detergen ationik).
Kedua detergen tersebut efektif sebagai denaturan protein, namun perlu
diperhatikan bahwa kedua detergen ini dapat mengurangi hasil pemurnian.
5.Garam
inorganic
Garam
dengan konsentrasi tinggi (> 1M) dapat digunakan sebagai denaturan protein.
Kekuatan denaturan semakin meningkat sesuai urutan sebagai berikut : (a). untuk
anion : SO4-2 < CH3COO- < Cl- < Br- < ClO4- < SCN – ( b). untuk
kation : (CH3)4N+, NH4+, K+, Na+ < Li+ < Ca2+ < Gdn+. Garam inorganik
tidak secara luas digunakan untuk denaturasi protein, namun sering digunakakn
untuk ekstraksi selektif protein membran ekstrinsik yang prinsipnya dapat
digunakan untuk pre-ekstraksi badan inklusi.
6. Temperatur
Ekstraksi
badan inklusi yang diinduksi oleh temperatur jarang digunakan karena dapat
menyebabkan denaturasi protein yang irreversibel.
Denaturasi karena Garam logam berat:
Garam logam berat mendenaturasi protein sama dengan
halnya asam dan basa. Garam logam berat umumnya mengandung Hg+2, Pb+2,
Ag+1 Tl+1, Cd+2 dan logam lainnya
dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam logam berat akan
mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut (Ophart, C.E.,
2003).
Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion
logam. Pengendapan oleh ion positif (logam) diperlukan ph larutan diatas pi
karena protein bermuatan negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan ph
larutan dibawah pi karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat
mengendapkan protein adalah; Ag+, Ca++, Zn++,
Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++,
sedangkan ion-ion negatif yang dapat mengendapkan protein adalah; ion
salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan sulfosalisilat. (Anna, P., 1994).
Garam logam berat merusak ikatan disulfida:
Logam berat juga merusak ikatan disulfida karena
affinitasnya yang tinggi dan kemampuannya untuk menarik sulfur sehingga
mengakibatkan denaturasi protein (Ophart, C.E., 2003).
Agen pereduksi merusak ikatan disulfida:
Ikatan disulfida terbentuk dengan adanya oksidasi gugus
sulfhidril pada sistein. Antara rantai protein yang berbeda yang sama-sama
memiliki gugus sulfhidril akan membentuk ikatan disulfida kovalen yang sangat
kuat. Agen pereduksi dapat memutuskan ikatan disulfida, dimana penambahan atom
hidrogen sehingga membentuk gugus tiol; -SH (Ophart, C.E., 2003).
Denaturasi karena Panas:
Panas
dapat digunakan untuk mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non
polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan
menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat
sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Beberapa makanan dimasak untuk
mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan enzim pencernaan dalam
mencerna protein tersebut (Ophart, C.E., 2003).Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga
kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan
mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami
protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida.
Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart, C.E.,
2003).
Alkohol dapat merusak ikatan hidrogen:
Ikatan hidrogen terjadi antara gugus amida dalam struktur
sekunder protein. Ikatan hidrogen antar rantai samping terjadi dalam struktur
tersier protein dengan kombinasi berbagai asam amino penyusunnya (Ophart, C.E.,
2003).
Denaturasi
karena asam atau basa:
Protein akan mengalami kekeruhan
terbesar pada saat mencapai ph isoelektris yaitu ph dimana protein memiliki
muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami
denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan. (Anna, P., 1994). Asam
dan basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Sebuah
tipe reaksi penggantian dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam
garam berganti pasangan dengan ion positif dan negatif yang berasal dari asam
atau basa yang ditambahkan. Reaksi ini terjadi di dalam sistem pencernaan, saat
asam lambung mengkoagulasi susu yang dikonsumsi (Ophart, C.E., 2003).
V. Alat dan Bahan
ALAT
:
- Beker Gelas
- Pipet tetes
- Pengaduk kaca
- Labu ukur
- Bunsen
- Gelas ukur
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
BAHAN :
- Susu cair
- susu bubuk
- Kuning telur
- Putih telur
- Albumin
- Larutan ikan
- Aquadest
- Buffer asetat pH 4,7 (1
M)
- Larutan HCl 0,1 M dan 18
M
- Larutan NaOH 0,1 M
- Larutan BaCl2
- Etil alkohol
- Fuxion Mixture (3 bagian
natrium karbonat anhidris dengan 2 bagian kalium nitrat)
VI. Prosedur Percobaan
1. Pengendapan
dengan Alkohol
Tabung
|
1
|
2
|
3
|
Larutan Albumin
|
5 mL
|
5 mL
|
5 mL
|
HCl 0,1 M
|
1 mL
|
-
|
-
|
NaOH 0,1 M
|
-
|
1 mL
|
-
|
Buffer asetat pH 4,7
|
-
|
-
|
1 mL
|
Etil alcohol
|
6 mL
|
6 mL
|
6 mL
|
Tabung
mana yang menunjukkan protein tidak larut !
2. Denaturasi
Protein
Tabung
|
1
|
2
|
3
|
Larutan Albumin
|
9 mL
|
9 mL
|
9 mL
|
HCl 0,1 M
|
1 mL
|
-
|
-
|
NaOH 0,1 M
|
-
|
1 mL
|
-
|
Buffer asetat pH 4,7
|
-
|
-
|
1 mL
|
Tempatkan
ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan dinginkan pada temperature
kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan mengendap. Untuk tabung-tabung (1) dan
(2) tambahkan 10 ml buffer asetat pH 4,7. tulis hasilnya.
3. Uji
Sulfur dalam Protein
Campur
0,5 gram serbuk albumin dengan dua kali berat dari fusion mixture, panaskan
dalam cawan porselin sampai tak berwarna. Dinginkan dan dilarutkan dalam air
panas. Saring jika perlu. Asamkan filtrat dengan HCl. Panaskan hingga mendidih
dan tambahkan beberapa tetes larutan BaCl2.
VII. Hasil Pengamatan
1.
Pengendapan
dengan Alkohol
Percobaan
|
Prosedur
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
v Tabung I
|
Ø Susu
bubuk (putih keruh) + HCl (tak
berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih, larutan bening
|
Ø Susu
cair (putih keruh) + HCl (tak
berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih, larutan putih keruh
|
|
Ø Putih
telur (putih) + HCl
(tak berwarna) + etanol (tak berwarna) |
Ada endapan putih, larutan putih
|
|
Ø Kuning
telur (kuning keruh) + HCl (tak berwarna)
+ etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih, larutan kuning
|
|
Ø Albumin
(kuning bening) + HCl (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Larutan putih, endapan putih
|
|
Ø Ikan
(putih keruh) + HCl (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih, larutan putih keruh
|
|
v Tabung II
|
Ø Susu
bubuk (putih keruh) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Tidak ada endapan, larutan putih keruh
|
Ø Susu cair (putih keruh) + NaOH (tak berwarna) +
etanol (tak berwarna)
|
Tidak ada endapan, larutan keruh
|
|
Ø Putih
telur (putih) + NaOH
(tak berwarna) + etanol (tak berwarna) |
Tidak ada endapan, larutan putih
|
|
Ø Kuning
telur (kuning keruh) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Tidak ada endapan, larutan kuning
|
|
Ø Albumin
(kuning bening) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Tidak ada endapan, larutan putih
|
|
Ø Ikan
(putih keruh) + NaOH (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Tidak ada endapan, larutan putih keruh
|
|
v Tabung III
|
Ø Susu
bubuk (putih keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih lebih banyak dari tabung 1,
larutan bening
|
Ø Susu
cair (putih keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Endapan putih lebih banyak, larutan bening
|
|
Ø Putih
telur (putih) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Endapan putih lebih banyak, larutan putih
|
|
Ø Kuning
telur (kuning keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih lebih banyak dari tabung 1,
larutan kuning
|
|
Ø Albumin
(kuning bening) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih lebih banyak, larutan putih
|
|
Ø Ikan
(putih keruh) + buffer asetat (tak berwarna) + etanol (tak berwarna)
|
Ada endapan putih lebih banyak, larutan putih
keruh
|
2.
Uji
Denaturasi Protein
Percobaan
|
Prosedur
Percobaan
|
Hasil
Pengamatan
|
Tabung
I
|
Ø Susu
bubuk (putih susu) + HCl (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan
putih keruh, ditambah buffer asetat jadi mengendap dengan warna putih,
larutan keruh
|
Ø Susu
cair (putih) + HCl (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan
keruh, ditambah buffer asetat jadi mengendap dengan warna putih, larutan
keruh
|
|
Ø Putih
telur (putih) + HCl (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan
putih putih, ditambah buffer asetat jadi ada endapan putih
|
|
Ø Kuning
telur (kuning keruh) + HCl (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Larutan putih dan keruh
|
|
Ø Albumin
(kuning bening) + HCl (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan mengendap seluruhnya,
ditambah buffer asetat jadi ada endapan putih, larutan bening
|
|
Ø Ikan
(putih) + HCl (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan ada endapan putih, larutan
bening, ditambah buffer asetat jadi ada endapan putih
|
|
Tabung
II
|
Ø Susu
bubuk (putih susu) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan tidak ada endapan, putih
keruh, ditambah jadi ada endapan putih keruh, larutan keruh
|
Ø Susu cair
(putih) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan endapan kuning, larutan
bening, ditambah jadi ada endapannya banyak, larutan bening
|
|
Ø Putih
telur (putih) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan tidak ada endapan,larutan
bening, ditambah jadi larutan putih
|
|
Ø Kuning
telur (kuning keruh) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Larutan putih dan keruh
|
|
Ø Albumin
(kuning bening) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan tidak ada endapan, larutan
kuning bening, ditambah jadi larutan menggumpal warna putih
|
|
Ø Ikan
(putih) + NaOH (tak berwarna) dipanaskan 15 menit +
buffer asetat
|
Setelah dipanaskan tidak ada endapan, larutan
bening, ditambah larutan tetap bening
|
|
Tabung
III
|
Ø Susu
bubuk (putih susu) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan 15 menit
|
Endapan putih, larutan putih keruh
|
Ø Susu
cair (putih) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan 15 menit
|
Ada endapan, larutan bening
|
|
Ø Putih
telur (bening) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan 15 menit
|
Larutan menggumpal
|
|
Ø Kuning
telur (kuning keruh) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan 15 menit
|
Terdapat endapan putih dan larutan keruh
|
|
Ø Albumin
(kuning bening) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan 15 menit
|
Mengendap seluruhnya warna putih
|
|
Ø Ikan
(putih) + buffer asetat (tak berwarna) dipanaskan 15 menit
|
Larutan bening, endapan putih
|
3.
Uji Sulfur
Albumin
+ fussion mixture à serbuk
kuning kecoklatan, didinginkan, larutan disaring à larutan
tak berwarna (bening). Filtrate + HCl dipanaskan terdapat gelembung busa
kemudian dipanaskan lagi kemudian ditetesi BaCl2 maka larutan
berwarna kuning dan endapan putih.
VIII. Pembahasan
Dalam percobaan dilakukan uji
terhadap protein dengan berbagai macam cara yaitu: uji pengendapan dengan
alcohol, uji denaturasi dan uji sulfur. Dalam percobaan ini, digunakan beberapa
larutan yaitu albumin, susu bubuk, susu cair, putih telur, kuning telur dan
ikan.
Percobaan
pertama dengan menggunakan uji pengendapan dengan alkohol, di dapat kesimpulan
bahwa pada tabung 1 diperoleh untuk masing-masing larutan protein memiliki
endapan berwarna putih, sedangkan larutannya sama seperti larutan induknya.
Pengendapan ini dapat terjadi dikarenakan dengan penambahan alcohol pelarut organik
akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan
protein berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein
terhadap air (Blogspot, 2007). Sedangkan
pada tabung 2, untuk masing-masing larutan protein tidak terdapat endapan, hal
ini dikarenakan dengan penambahan larutan NaOH akan menaikkan titik
isoelektriknya dengan demikian akan menjadikan protein tidak kalah bersaing
dengan protein terhadap air.
Dan pada tabung 3 diperoleh bahwa terdapat
endapan putih yang lebih sedikit dari pada tabung 1, hal ini dikarenakan buffer
asetat merupakan asam lemah, dengan demikian proses mengubah konstanta dielektrika
dari air berkurang. Dengan demikian penurunan titik isoelektriknya juga tidak
signifikan, oleh karena itu kelarutan protein juga akan berkurang, sehingga
terbentuk endapan putih.
Selanjutnya untuk percobaan denaturasi
protein, Pada tabung 1 diperoleh bahwa untuk setiap larutan protein terdapatnya
gumpalan-gumpalan bahkan endapan berwarna putih. Penggumpalan ini terjadi setelah dilakukannya pemanasan.
Proses pemanasan dapat menyebabkan rusaknya struktur protein. Protein sangat
peka terhadap lingkungan apalagi dengan adanya perubahan suhu, hal ini
menyebabkan larutan menjadi keruh dan adanya gumpalan-gumpalan dari protein
yang terdenaturasi. Denaturasi protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh
adanya pemanasan, tetapi juga pH, dan juga pelarut organiknya.
Pemanasan akan membuat protein terdenaturasi
sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas
akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur
alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan
peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart,
2003). Setelah pemanasan protein tersebut ditambah dengan larutan buffer
asetat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa larutan setelah dipanaskan terbentuk
endapan berwarna putih, dan larutannya berwarna seperti warna induknya.
Pada tabung 2, untuk masing-masing
protein tidak terdapat endapan setelah pemanasan, namun setelah ditambah buffer
asetat maka terbentuk endapan berwarna putih. Sama halnya untuk tabung 3, pada
penambahan buffer asetat kemudian dipanaskan akan terbentuk endapan berwarna
putih. Namun, pada percobaan ini kuning telur tidak menunjukkan perubahan yang
signifikan setelah pemanasan baik pada tabung 1 tabung 2 ataupun tabung 3,
endapan yang terbentuk hampir tidak ada. Hal ini dikarenakan larutan protein
yang dibuat oleh praktikan terlalu encer (kurang 20%).
Dalam percobaan yang terakhir, digunakan
uji sulfur terhadap protein. Sampel yang digunakan yaitu albumin. Uji belerang ini memberikan hasil positif terhadap protein
yang mengandung asam amino yang memiliki gugus belerang, seperti sistein,
sistin, dan metionin. Dari hasil percobaan menunjukkan
bahwa terbentuknya endapan putih dan warna larutan kuning. Hal ini menunjukkan
bahwa, endapan putih tersebut merupakan endapan Barium dengan sulfur dan
larutan tersebut menunjukkan adanya kandungan sulfur dalam protein.
IX. kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Protein
mengalami uji positif terhadap alcohol yang direaksikan asam yang ditandai
dengan adanya endapan putih.
2. Khusus
untuk penambahan NaOH dalam uji alcohol tidak terdapat endapan sebab tidak
mengubah titik isoelektrik protein.
3.
Protein
juga mengalami denaturasi akibat pemanasan yang ditandai dengan menggumpal atau
mengendap.
4. Uji
sulfur menunjukkan uji positif terhadap protein yang mengandung gugus tiol yang
ditandai dengan endapan putih dan larutan kuning.
DAFTAR PUSTAKA
Arbianto,
purwo, 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar.
Bandung : ITB
Deman, M.John,
1997. Kimia Makanan. Bandung : ITB
Lehninger,
1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :
Erlangga
Pudjiadi,
Anna, 1994. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta : UI
http://andriutama.blogspot.com/2012/02/penyebab-denaturasi-protein.html. Di akses pada 11 Maret
2012.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-amino.html.
Di akses pada 11 Maret
2012.
http://slamsmart.blogdetik.com/?p=248.
Di akses pada 11 Maret
2012.
http://www.gudangmateri.com/2010/02/biokimia-protein.html.
Di akses pada 11 Maret
2012.
X.
Jawaban Pertanyaan
Ø uji pengendapan dengan pada alkohol
1. apakah kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya ?
jawab: ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya yang ditandai dengan endapan berwarna putih.
1. apakah kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya ?
jawab: ya, kelarutan albumin dalam air terjadi pada titik isoelektriknya yang ditandai dengan endapan berwarna putih.
Ø uji denaturasi
2. sifat fisik apakah dari protein yang mempengaruhi kelarutan protein dalam percobaan ?
jawab: sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, maka keaktifan biokimianya berkurang. Hal ini dinamakan dengan denaturasi.
3. metode lain yang dapat digunakan pada denaturasi protein ?
jawab: yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode pemurnian enzim.
4. Perubahan apa yang berhubungan dengan denaturasi protein?
Jawab: perubahan suhu, pH, dan pelarut organik.
Ø uji sulfur
2. sifat fisik apakah dari protein yang mempengaruhi kelarutan protein dalam percobaan ?
jawab: sifatnya sangat peka terhadap lingkungan, apabila konfirmasi molekul protein berubah, misalnya oleh perubahan suhu, pH atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa lain, maka keaktifan biokimianya berkurang. Hal ini dinamakan dengan denaturasi.
3. metode lain yang dapat digunakan pada denaturasi protein ?
jawab: yaitu metode pemanasan, metode kromatografi dan metode pemurnian enzim.
4. Perubahan apa yang berhubungan dengan denaturasi protein?
Jawab: perubahan suhu, pH, dan pelarut organik.
Ø uji sulfur
1. mengapa
protein memberikan uji positif pada sulfur?
Jawab: karena protein dengan
sulfur menghasilkan endapan putih dan larutan kuning sehingga protein
memberikan uji positif terhadap uji sulfur. Karena dalam protein juga
terdapat asam amino sistein yang memiliki gugus tiol yang mengandung unsur S
(sulfur).
2. unsur-unsur
apa yang bisa dalam protein tetapi tidak ada dalam lipid dan karbohidrat?
Jawab : unsur P (phosphor),
nitrogen, dan sulfur.