Selasa, 01 Mei 2012

Praktikum Reaksi Uji asam amino


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA

I.             Nomor Percobaan                    : 2  
II.          Judul Percobaan                      : Reaksi Uji terhadap Asam Amino
III.       Tujuan Praktikum                   : Untuk mengetahui uji positif dan negatif
                                                              terhadap asam amino di dalam protein
IV.          Dasar Teori
Protein merupakan komponen utama dalam sel hidup yang memegang peranan penting dalam proses kehidupan. Protein berperan dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Protein dalam bentuk enzim beperan sebagai katalis dalam bermacam-macam proses biokimia. Sebagai alat transport, yaitu protein hemoglobin mengikat dan mengangkut oksigen dalam bentuk (Hb-O) ke seluruh bagian tubuh.
Protein juga berfungsi sebagai pelindung, seperti antibodi yang terbentuk jika tubuh kemasukan zat asing, serta sebagai sistem kendali dalam bentuk hormon,
Protein pembangun misalnya glikoprotein terdapat dalam dinding sel, keratin yang terdapat pada kulit, kuku dan rambut. Sebagai komponen penyimpanan dalam biji-bijian. Protein juga merupakan sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino.
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksilat (COOH) dan amina (NH2) yang terikat pada satu atom karbon (Cɲ) yang sama, atom ini juga umumnya merupakan C asimetris. Secara rinci struktur asam amino dibangun oleh sebuah atom C yang mengikat empat gugus yaitu; gugus amina (NH2), gugus karboksilat (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa R. Gugus ini yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Gugus karboksilat menyebabkan asam amino bersifat asam gugus amina bersifat basa. Dalam larutan, asam amino bersifat amfoter, sebagai asam pada media basa dan menjadi basa pada suasana asam. Hal ini dikarenakan protonasi, gugus amina menjadi –[NH3+] dan gugus karboksilat menjadi ion –[COO-], sehingga asam amino memiliki dua muatan dan disebut dengan zwitter-ion.
Keberadaan C asimetrik menjadi pusat kiral dan molekul asam amino memiliki isomer optik yang umumnya diberi notasi dextro (D) dan levo (L), ingat pembahasan isomer optik pada karbohidrat, struktur kedua isomer dapat ditunjukan oleh alanin,
Penggolongan Asam amino didasari pada sifat dan struktur gugus sisa (R), seperti gugus R yang bersifat asam, basa, gugus R yang mengandung belerang atau hidroksil, R sebagai senyawa aromatik, alifatik dan yang siklik. Namun penggolongan yang umum dipergunakan adalah sifat polaritas dari gugus R.
1.      Asam amino dengan R yang bersifat non polar. Gugus R dalam golongan asam amino merupakan senyawa hidrokarbon, dengan karakteristik hidrofobik. Golongan ini terdiri dari lima senyawa asam amino yang memilliki gugus R alifatik yaitu alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin, sedangkan gugus R yang mempunyai struktur aromatik meliputi fenil alanin dan triptopan, serta satu molekul yang mengandung belerang yaitu methionin. Golongan ini memiliki struktur seperti pada Bagan 14.22.
2.      Asam amino dengan R polar tapi tidak bermuatan, asam amino ini bersifat polar, dan hidrofilik atau lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam amino jenis pertama. Golongan ini memiliki gugus fungsional yang membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Beberapa asam amino yang masuk dalam golongan ini adalah; glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin dan glutamin. Senyawa dalam kelompok ini ditampilkan oleh Bagan 14.23.
3.      Asam amino dengan gugus R yang bermuatan negatif, kelompok ini hanya terdiri dari dua asam amino yang memiliki gugus bermuatan total negatif, yaitu asam aspartat dan asam glutamat. Kedua molekul ini memiliki gugus tambahan yang bermuatan negatif yaitu gugus karboksilat. Asam amino ini disajakan pada Bagan 14.24, pada halaman berikut.
Asam amino dengan gugus R bermuatan positif. Lisin merupakan asam amino yang masuk dalam golongan ini, akan memiliki muatan total positif pada pH 14. Sedangkan arginin mengandung gugus guanidine yang bermuatan positif dan histidin mengandung gugus imidazol yang sedikit mengion.
Koagulasi
Koagulasi (en:coagulation, clotting) adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan (en:agglomerate) dan membentuk trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis[1], yaitu saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor koagulasi (yang mengandung fibrin) untuk menghentikan pendarahan (en:hemorrhage) dan memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko pendarahan atau trombosis.
Proses koagulasi terjadi segera setelah terjadinya luka pada pembuluh darah dengan rusaknya endotelium (en:endothelium). Langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan komponen fosfolipid (en:phospholipid) yang disebut faktor jaringan (en:tissue factor) dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada permukaan luka, reaksi ini disebut hemostasis awal (en:primary). Hemostasis lanjutan (en:secondary) terjadi hampir bersamaan:protein dalam plasma darah yang disebut faktor koagulasi merespon secara berjenjang dan sangat rumit untuk membentuk jaring-jaring fibrin yang memperkuat penyumbatan keping darah.
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi.

Mekanisme Koagulasi
A. Secara fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti :
1.      Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. contoh: darah
2.      Pengadukan, contoh: tepung kanji
3.      Pendinginan, contoh: agar-agar

B. Secara kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
1.      Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
2.      Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
3.      Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi. Dalam proses koagulasi,stabilitas koloid sangat berpengaruh.stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatip).

Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
1.      Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jikapartikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis.
2.      Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
3.      Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.

Suspensi atau koloid bisa dikatan stabil jika semua gaya tolak menolk antar partikel leih besar dari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi. Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel dengan pembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menariklebih besar.
Untuk destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda:
1.      Kompresi lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan.
2.      Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik dengan muatan elektrostatik berlawanan.
3.      Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan moleku diantara partikel.
4.      Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan.

Secara garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
1.      Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
2.      Tumbukan antar partikel
3.       Adsorpsi


Faktor – faktor yang mempengaruhi koagulasi :
1.      Pemilihan bahan kimia Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku yang akan diolah yaitu :
·         Suhu berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan pemakaian bahan kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima.
·         pH Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap koagulasi. pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan.
·         Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu)
·         Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit kesempatan flok berakumulasi.
·         Warna berindikasi kepada senyawa organik, bereaksi dengan koagulan, menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai

2.      Penentuan dosis optimum koagulan
Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu penentuan dosis optimum berulang-ulang.

3.      Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu.

Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode. Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis koagulan lain.

Denaturasi protein adalah kondisi di mana struktur sekunder, tersier maupun kuartener dari suatu protein mengalami modifikasi tanpa ada pemecahan ikatan peptida. Denaturasi dapat berupa rusaknya struktur tiga matra dari suatu protein. Denaturasi protein ada dua macam, yaitu pengembangan rantai peptide (terjadi pada polipeptida) dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil  tanpa disertai pengembangan molekul (terjadi pada ikatan sekunder).
V.                Alat dan Bahan
 Alat yang digunakan :                  Bahan yang digunakan :
-  Tabung reaksi                             Sample :
-  Pipet tetes                                  -  Putih telur
-  Gelas ukur                                  -  Kuning telur
neraca                                         -  susu bubuk
-  Pemanas                                     -  susu cair
-  Beker gelas                                -  albumin
      -  Batang pengaduk                       -  larutan ikan gabus
      -  Corong                                       - CuSO4 0,01 M, NaOH 2,5 N
      -  Rak tabung reaksi                      - larutan (NH4)2SO4, reagen Millon, reagen uji biuret
      -  Kertas saring                              - HgCl2 dan Pb asetat 0,2M

VI.             Prosedur Percobaan
1.      Uji biuret
Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk. Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Aduk, juka tidak timbul warna tambahkan lagi setetes atau 2 tetes CuSO4.
  1. Pengendapan dengan logam
Ke dalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi percobaan dengan menggunakan Pb asetat 0,2 M.
  1. Pengendapan dengan Garam
Jenuhkan 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat. Untuk pekerjaan ini dilakukan pertama tambahkan jumlah sedikit dari garam tersebut, aduk hingga melarut. Tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan aduk lagi. Kontinu sehingga sedikit garam tertinggal tidak terlarut. Apabila larutan jenuh kemudian disaring. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen millon dan filtrat dengan uji biuret.
4.      Uji koagulasi
Tambahkan 2 tetes HOAc 1 M ke dalam 5 ml larutan protein. Letakkan tabung dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk. Uji kelarutan endapan di dalam air. Uji endapan dengan reagen Millon.

VII. Data Hasil Pengamatan 
1.      Uji Buret
Prosedur Percobaan
Hasil pengamatan
a.       Albumin 10% (kuning) + NaOH (bening) + CuSO4 (kebiruan) 5 tetes
larutan berwarna violet
b.      Kuning telur 10% (kuning) + NaOH (bening) + CuSO4 (kebiruan) 5 tetes
larutan berwarna violet
c.       Putih telur 10% (putih keruh) + NaOH (bening) + CuSO4 (kebiruan) 5 tetes
larutan berwarna violet
d.      Susu cair 10% (putih) + NaOH (bening) + CuSO4 (kebiruan) 5 tetes
larutan berwarna violet
e.       Susu bubuk 10% (putih) + NaOH (bening) + CuSO4 (kebiruan) 5 tetes
larutan berwarna violet
f.       Ikan gabus 10% (putih) + NaOH (bening) + CuSO4 (kebiruan) 5 tetes
larutan berwarna violet

2.      Uji pengendapan dengan logam (HgCl2)
Prosedur Percobaan
Hasil pengamatan
a.       Albumin 10% (kuning) + HgCl2 (bening)
5 tetes
larutan kuning, endapan putih
b.      Kuning telur 10% (kuning) + HgCl2 (bening)
 5 tetes
larutan kuning keruh, endapan putih
c.       Putih telur 10% (putih keruh) + HgCl2 (bening)  5 tetes
larutan putih keruh, endapan putih
d.      Susu cair 10% (putih) + HgCl2 (bening)
23 tetes
larutan putih keruh, endapan putih
e.       Susu bubuk 10% (putih) + HgCl2 (bening)
27 tetes
larutan putih keruh, endapan putih
f.       Ikan gabus 10% (putih) + HgCl2 (bening)
15 tetes
larutan putih keruh, endapan putih

3.      Uji pengendapan dengan logam (CH3COOPb)
Prosedur Percobaan
Hasil pengamatan
a.       Albumin 10% (kuning) + CH3COOPb (bening)
3 tetes
larutan kuning, endapan putih
b.      Kuning telur 10% (kuning) + CH3COOPb (bening) 20 tetes
larutan kuning keruh, endapan putih
c.       Putih telur 10% (putih keruh) + CH3COOPb (bening)  3 tetes
larutan putih keruh, endapan putih
d.      Susu cair 10% (putih) + CH3COOPb (bening)
50 tetes
larutan putih keruh, endapan putih
e.       Susu bubuk 10% (putih) + CH3COOPb (bening) 20 tetes
larutan putih keruh, endapan putih
f.       Ikan gabus 10% (putih) + CH3COOPb (bening)
4 tetes
larutan putih keruh, endapan putih

4.      Uji Pengendapan Garam
Prosedur Percobaan
Hasil pengamatan
a.       Albumin 10% (kuning) + NH4SO4
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
Endapan +  Reagen Millon
-
-
-
-
b.      Kuning telur 10% (kuning) + NH4SO4,76 gr
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan kuning
Warna violet
Larut
-
c.       Putih telur 10% (putih keruh) + NH4SO4  5 gr
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih
Warna violet
Larut
-
d.      Susu cair 10% (putih) + NH4SO4  5,567 gr
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih
Warna violet
Larutan putih
Endapan merah bata
e.       Susu bubuk 10% (putih) + NH4SO4  8 ml
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih
Warna violet
Larut
-
f.       Ikan gabus 10% (putih) + NH4SO4  4 ml
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih
Warna violet
Larut
-

5.      Uji Koagulasi
Prosedur Percobaan
Hasil pengamatan
g.       Albumin 10% (kuning) + CH3COOH
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Endapan putih (0,3513 gr)
biru
larut
Endapan merah bata
h.      Kuning telur 10% (kuning) + CH3COOH
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan kuning (1,1502gr)
Biru
Larut
Endapan merah bata
i.        Putih telur 10% (putih keruh) + CH3COOH
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih (0,29 gr)
Biru
Larut
Endapan merah bata
j.        Susu cair 10% (putih) + CH3COOH
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih (0,047 gr)
Biru
Larutan putih
Endapan merah bata
k.      Susu bubuk 10% (putih) + CH3COOH
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih (0,3513 gr)
Biru
Larut
Endapan merah bata
l.        Ikan gabus 10% (putih) + CH3COOH
·         Filtrate + biuret
·         Endapan + air
·         Endapan +  Reagen Millon
Ada endapan putih
Biru
Larut
Endapan merah bata


          VIII.                   Pembahasan
Dalam percobaan ini dilakukan uji protein yang terkandung dalam makanan sehari-hari. Bahan yang digunakan yaitu albumin, susu bubuk, susu cair, putih telur, kuning telur dan ikan gabus.
Pada percobaan uji buret, semua protein yang diuji menghasilkan warna violet, hal ini disebakan penambahan CuSO4 sehingga terbentuk kompleks antar Cu2+ dengan gugus amino dari protein. Makin kuat intensitas warna violet yang dihasilkan dari protein ini menunjukan makin panjang ikatan peptidanya. Dengan perubahan warna violet yang diperoleh ini menunjukan bahwa uji ini positif terhadap biuret. Warna violet ini kemungkinan terbentuk dari kompleks yang dihasilkan antara ion Cu2+ dengan gugus – CO dan – NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Kemudian keenam larutan protein ini ditambahkan dengan larutan biuret ternyata semuanya menghasilkan larutan berwarna violet.
Pada uji pengendapan logam digunakan penambahan 2 senyawa logam yaitu HgCl2 dan Pb asetat. Dalam percobaan ini diperoleh semua protein yang di uji menghasilkan endapan berwarna putih dengan larutan putih  keruh. Kecuali kuning telur yang menghasilkan endapan putih dan larutan kuning keruh. Pada pengendapan dengan logam kuning telur menghasilkan endapan yang lebih banyak dibanding putih telur. Endapan pada protein ini terjadi karena logam yang ditambahkan ke dalam larutan protein terikat pada molekul protein sehingga terbentuk endapan.  Dengan demikian, protein tersebut positif bereaksi dengan logam.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Endapan yang terbentuk merupakan endapan yang berasal dari protein yang diuji, endapan ini terjadi disebabkan adanya reaksi logam Pb atau Hg dengan protein. Kedua logam ini merupakan logam yang mengandung ion positif. Dimana salah satu sifat dari logam yang mengandung ion positif dapat menghasilkan endapan jika direaksikan dengan protein. Pengendapan akan terjadi bila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif, dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam protein yang mengendap. Endapan ini akan melarut kembali dengan penambahan alkali yang sifat pengendapan ini adalah reversibel. Dalam prosesnya, penambahan larutan logam untuk terbentuknya endapan bervariasi, mulai dari sesuai prosedur hingga hampir sebanding dengan kuantitas sampelnya. Pada albumin, kuning telur dan putih telur diperlukan 5 tetes larutan logam HgCl2, sedangkan pada susu cair diperlukan 23 tetes, pada susu bubuk diperlukan 27 tetes, dan pada ikan gabus 15 tetes. Hampir sama dengan larutan logam Pb asetat, pada albumin dan putih telur diperlukan 3 tetes, pada susu bubuk dan kuning telur diperlukan 20 tetes, pada ikan gabus diperlukan 4 tetes dan terakhir pada susu cair diperlukan hingga 50 tetes. Hal demikian, sangat dipengaruhi oleh factor pengamat praktikan dalam melihat ada atau tidaknya endapan yang terbentuk.
Untuk percobaan uji pengendapan dengan garam ini juga menggunakan sampel protein yang sama. Hasil pencampuran antara serbuk ammonium sulfat dengan protein menghasilkan endapan dan filtrat, untuk endapan dilakukan uji millon dan air serta filtratnya direaksikan dengan reagen biuret. Secara teori jika protein yang mengandung asam amino tyrosin di reaksikan dengan reagen millon akan menghasilkan larutan dengan endapan merah bata, hal ini dikarenakan pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrit, karena adanya garam merkuri dari pada tyrosin yang tenitrasi. Endapan ini menunjukkan hasil dari garam-garam organik dalam persentase tinggi yang dapat mempengaruhi sifat kelarutan protein. Pengendapan yang dikarenakan penambahan ammonium sulfat menyebabkan terjadi dehidrasi protein atau sering dikenal dengan kehilangan air, sehingga proses dehidrasi ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol dikarenakan terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang bewarna, protein yang mengandung tyrosin akan memberikan uji positif. Dalam proses terbentuknya endapan diperlukan jumlah serbuk ammonium sulfat yang berbeda-beda. Untuk susu cair, putih telur dan kuning telur diperlukan kurang lebih 5 gram, sedangkan untuk ikan gabus dan susu bubuk diperlukan 4-8 ml larutan garam.
Endapan yang dihasilkan dari penambahan garam tersebut, kemudian disaring untuk memisahkan antara endapan dan filtratnya. Endapan yang ditambahkan reagen millon, endapan yang awalnya berwarna putih berubah menjadi warna merah bata. Sedangkan endapan yang ditambah air akan melarut. Filtrat yang ditambah dengan reagen biuret akan menjadi berwarna ungu. Dengan demikian semua sampel yang di uji positif terhadap uji pengendapan garam.
Percobaan terakhir yaitu tentang uji koagulasi. Secara teori protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 50oC atau lebih. Koagulasi ini hanya terjadi bila larutan protein berada titik isolistriknya (Poedjiadi, 1994). Pada pH iso-elektrik (pH larutan tertentu biasanya berkisar 4–4,5 di mana protein mempunyai muatan positif dan negatif sama, sehingga saling menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap, dalam hal ini pH isolistrik albumin adalah 4,55-4,90. Pada temperatur diatas 60oC kelarutan protein akan berkurang (koagulasi) karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tertier dan kuartener yang menyebabkan koagulasi (Blogspot, 2007). Pada uji koagulasi, penambahan asam asetat bertujuan agar larutan protein mencapai pH isolistriknya sehingga bisa terkoagulasi. Setelah dilakukan pemanasan diperoleh filtrate dan endapan. Perlakuan yang diberikan untuk filtrate dan endapan sama dengan uji koagulasi. Hasil yang diperoleh untuk semua sampel menunjukkan bahwa uji filtrate yang diperoleh menghasilkan warna biru, hal ini dikarenakan struktur protein yang terkandung mengalami denaturasi akibat pemanasan. Sedangkan pada endapannya, untuk direaksikan dengan reagen Millon menghasilkan endapan merah bata dan dengan air mengalami kelarutan. Pengujian endapan yang dihasilkan dengan pereaksi milon bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan tirosin.
Dalam uji protein ini, kelompok kami tidak melakukan beberapa uji terhadap protein. Seperti dalam uji pengendapan garam, hanya larutan susu cair yang seluruh prosedur dilaksanakan sedangakan untuk sampel yang lain tidak dilakukannya uji endapan terhadap reagen Millon, dan untuk protein dalam albumin tidak dilakukan sama sekali. Selain itu, dalam uji koagulasi, uji protein dalam ikan gabus tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan dalam praktikum sedikit tersedianya sampel tersebut sedangkan proses praktikum sering terjadi kesalahan akibat kurang teliti praktikan.

IX.                Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Uji positif terhadap biuret ditandai dengan warna larutan violet (ungu)
2.      Reaksi positif terhadap uji pengendapan dengan logam adalah terbentuknya endapan berwarna putih.
3.      Reaksi positif terdahap pengendapan dengan garam ditandai oleh:
a.       Endapan yang direaksikan dengan Millon berwarna merah bata
b.      Endapan yang direaksikan dengan air akan melarut
c.       Filtrate yang direaksikan dengan reagen biuret akan menghasilkan warna ungu
4.      Reaksi positif terhadap uji koagulasi ditandai dengan:
a.       Endapan yang direaksikan reagen millon akan menghasilkan warna merah bata
b.      Endapan yang direaksikan dengan air akan melarut
c.       Filtrate yang direaksikan dengan reagen biuret akan menghasilkan warna biru karena protein terdenaturasi

                                                         DAFTAR PUSTAKA

Anonim.  2011. Asam amino dan protein. Diakses dari www.wikipedia.org.id tanggal 1 Maret 2012.
Pujiati, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Edisi I. Jakarta: Universitas Indonesia.
Thenawijaya, Maggy. 1982. Lehninger: Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/biomolekul/protein. Di Akses pada 1 Maret 2012.

X.                   Jawaban Pertanyaan
A.     Uji buret
1.      Warna apa yang terjadi ?
jawab         : warna yang dihasilkan adalah ungu
2.      Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4 ?
jawab         : karena jika CuSO4 kelebihan akan menyebabkan terbentuknya garam ammonium
3.      Mengapa garam ammonium mengganggu ?
jawab         : karena dapat mengganggu pada saat pengamatan.
4.      Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif?
jawab         : Histidin, serin, threonin, merupakan zat lain selain protein yang memberikan uji buret positif.
B.     Pengendapan dengan logam
1.      Apa hasilnya ?
jawab         : menghasilkan endapan putih
2.      Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg?
Jawab : karena Hg dan Pb bereaksi maka tidak menimbulkan keracunan.
C.     Pengendapan dengan garam
1.      Terangkan hasil-hasilnya ?
Jawab  : pada percobaan ini hasil yang didapatkan adalah endapan yang berwarna putih dan filtrate. Endapannya diuji dengan milon menghasilkan warna merah bata, endapan juga diuji dengan air sehingga dapat dilihat kelarutannya dalam air. Sedangkan filtratnya diuji dengan biuret yang menghasilkan warna ungu.
D. uji koagulasi
1.      Mengapa ditambahkan asam ?
jawab   : agar protein mencapai pH isolistriknya sehingga bisa terkoagulasi
2.      Protein apa yang mendidih pada pendidihan ?
jawab   : protein yang menggmpal pada pendidihan adalah semua protein selain gelatin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar